Di bulan Ramadhan ada amalan
sunnah yang bisa dijalani yaitu
makan sahur. Amalan ini
disepakati oleh para ulama
dihukumi sunnah dan bukanlah
wajib, sebagaimana kata Imam
Nawawi dalam Syarh Shahih
Muslim, 7: 206.
Namun amalan ini memiliki keutamaan karena
dikatakan penuh berkah.
Dalam hadits muttafaqun
‘alaih, dari Anas bin Malik,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Makan sahurlah
kalian karena dalam
makan sahur terdapat
keberkahan.” (HR. Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095).
Yang dimaksud barokah adalah
turunnya dan tetapnya
kebaikan dari Allah pada
sesuatu. Barokah bisa
mendatangkan kebaikan dan
pahala, bahkan bisa
mendatangkan manfaat dunia
dan akhirat. Namun patut
diketahui bahwa barokah itu
datangnya dari Allah yang
hanya diperoleh jika seorang
hamba mentaati-Nya.
Keberkahan dalam Makan
Sahur
Memenuhi perintah Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagaimana diperintahkan
dalam hadits di atas.
Keutamaan mentaati beliau
disebutkan dalam ayat,
“Barangsiapa yang
mentaati Rasul itu,
sesungguhnya ia telah
mentaati Allah. Dan
barangsiapa yang
berpaling (dari
ketaatan itu), maka
Kami tidak
mengutusmu untuk
menjadi pemelihara
bagi mereka.” (QS. An-Nisaa’: 80).
Allah Ta’ala juga berfirman,
“Dan barangsiapa
mentaati Allah dan
Rasul-Nya, maka
sesungguhnya ia telah
mendapat
kemenangan yang
besar.” (QS. Al Ahzab: 71).
Makan sahur merupakan syi’ar
Islam yang membedakan
dengana ajaran Ahli Kitab
(Yahudi dan Nashrani). Dari
‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda;
ِ
“Perbedaan antara
puasa kita dan puasa
Ahli Kitab (Yahudi dan
Nashrani) adalah
makan sahur.” (HR.
Muslim no. 1096).
Ini berarti Islam mengajarkan
baro’ dari orang kafir, artinya
tidak loyal pada mereka.
Karena puasa kita saja
dibedakan dengan orang kafir.
Dengan makan sahur, keadaan
fisik lebih kuat dalam
menjalani puasa. Beda halnya
dengan orang yang tidak makan
sahur. Imam Nawawi
rahimahullah berkata,
“Barokah makan sahur amat
jelas yaitu semakin
menguatkan dan menambah
semangat orang yang
berpuasa.” (Syarh Shahih
Muslim, 7: 206).
Orang yang makan sahur
mendapatkan shalawat dari
Allah dan do’a dari para
malaikat-Nya. Dari Abu Sa’id Al
Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
“Makan sahur adalah
makan penuh berkah.
Janganlah kalian
meninggalkannya
walau dengan seteguk
air karena Allah dan
malaikat-Nya
bershalawat kepada
orang yang makan
sahur.” (HR. Ahmad 3: 44. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan
bahwa hadits ini shahih lighoirihi).
Waktu makan sahur adalah
waktu yang diberkahi. Karena
ketika itu, Allah turun ke langit
dunia. Dari Abu Hurairah, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Rabb kita tabaroka wa
ta’ala turun ke langit
dunia ketika tersisa
sepertiga malam
terakhir. Lantas Dia
berfirman, “Siapa saja
yang berdo’a kepada-
Ku, maka akan Aku
kabulkan. Siapa yang
meminta kepada-Ku,
maka akan Aku beri.
Siapa yang meminta
ampunan kepada-Ku,
maka akan Aku
ampuni.” (HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 758).
Waktu sahur adalah waktu
utama untuk beristighfar.
Sebagaimana orang yang
beristighfar saat itu dipuji oleh
Allah dalam ayat,
“Dan orang-orang yang
meminta ampun di
waktu sahur.” (QS. Ali
Imran: 17).
“Dan selalu
memohonkan ampunan
diwaktu pagi sebelum
fajar. ” (QS. Adz
Dzariyat: 18).
Orang yang makan sahur
dijamin bisa menjawab adzan
shalat Shubuh dan juga bisa
mendapati shalat Shubuh di
waktunya secara berjama’ah.
Tentu ini adalah suatu
kebaikan.
Makan sahur sendiri bernilai
ibadah jika diniatkan untuk
semakin kuat dalam melakukan
ketaatan pada Allah.
Intinya, makan sahur punya
berbagai keberkahan. Itulah
rahasia-rahasia yang mungkin
sebagian kita tidak
mengetahuinya.
Walhamdulillah, wa shallallahu
wa sallam ‘ala nabiyyina
Muhammad.